Rabu, 30 April 2025

Thunderbolts* Movie Review (2025)



MCU Phase 5's Shocking and Heartwarming Finale

As the closing of Marvel Cinematic Universe Phase 5, Thunderbolts* comes with an unexpected surprise. This film brings a fresh feel that has long been missing from the MCU, even providing an emotional and moving viewing experience, although it cannot yet be called “absolute cinema”. However, amidst the saturation of the MCU formula that has recently felt repetitive, Thunderbolts* finally becomes one of the truly enjoyable shows—since the last time we watched Spider-Man: No Way Home.

One of the most surprising moments comes when Contessa Valentina Allegra de Fontaine indirectly—or perhaps because of the influence of Sentry’s manipulation—announces the presence of The New Avengers. This scene is so shocking, especially when the iconic soundtrack of The Avengers is played again, even if only briefly. The nostalgic effect it creates is so strong that it gives goosebumps—truly goosebumps.

The presence of two credit scenes also adds weight to the story going forward. The mid-credit scene is just a joke by Red Guardian with a shopper at a supermarket when he shows off a Wheaties Box Cereal from The New Avengers , while the post-credit scene expands the MCU connection to the Fantastic Four. It is said that the Fantastic Four's spaceship was detected entering Earth-616, possibly through a portal or wormhole. It is suspected that Reed Richards used a Time-Space GPS-like device—inspired by Tony Stark's technology—that was disrupted by Galactus' attack. The devourer of worlds destroyed their universe, and in the chaos, the Fantastic Four were finally "thrown" into the main MCU universe. This is a very promising multiverse setup.

In terms of story, Thunderbolts* is indeed reminiscent of Suicide Squad, but has a different identity and character. The plot is built gradually and neatly until it reaches a fairly emotional climax. The theme of "found family" is a common thread, especially in the touching relationship between Alexei and Yelena. The interactions between team members also feel organic and entertaining—their chemistry can even be said to be more compact than Manchester United's midfield!

The audience will also find deep emotional layers from these characters. This time, Marvel dares to touch on mental health issues more seriously than before. This is reflected through the complex dynamics between characters, especially Yelena, played by Florence Pugh very well. She managed to convey a sense of emptiness and inner pain very convincingly, making the audience care about her journey. Not to forget, Bucky Barnes again steals the attention in every appearance—yes, this may be a bit biased, but it still deserves to be highlighted!

Although the third act of this film is a little less solid than the beginning and middle, Thunderbolts* still managed to show that they are a solid team. This film reminds us that people who seem quiet or introverted and have a lot of problems are often the ones who need to be talked to the most—otherwise, they can become The Void themselves😭😭😭

Oh yeah, one more thing, I don't like Marvel Studios because some characters like Taskmaster Maria Hill were deliberately killed off too quickly and their deaths were ridiculous.

Trivia
Avengers Tower was purchased by Valentina Allegra de Fontaine (Leader of OXE Group and the one who developed Project Sentry) from Tony Stark in 2016 possibly after the Civil War event and renovated into Watchtower. Spiderman once glided in the atrium of the Watchtower in July 2024 (Spider-Man: Far From Home event).




Sabtu, 19 April 2025

Harry Maguire: Di Antara Hinaan dan Keheningan Gol Kemenangan

 


Harry Maguire bukan sekadar dikritik—ia diseret ke panggung hinaan, dilucuti dari jabatan kapten, dijadikan kambing hitam, bahkan diancam dengan kematian.

Di tahun-tahun kelam itu, dunia seperti sepakat: Maguire bukanlah bek tengah, melainkan pelawak di atas panggung tragedi bernama Manchester United.

Langkahnya terlihat kaku, responnya lamban—bukan benteng pertahanan, melainkan celah yang mengundang lawan. Beberapa kali ia bahkan menjadi alasan bola bersarang ke gawang sendiri, seakan lupa siapa yang harus dibela.

Namun Maguire tahu, pertandingan selalu berakhir dengan peluit panjang—bukan dengan suara riuh cercaan dari tribun dan media sosial.

Ia pernah terjatuh, terperosok ke dasar karier, namun tak pernah ia lupakan perannya: bukan badut, melainkan bek.

Ketika banyak pemain bersembunyi dari sorotan publik, ia memilih berdiri—tak goyah, tak lari, hanya diam dan bersiap merebut kembali kepercayaan yang hilang.

Hinaan tak pernah habis, umpatan datang silih berganti, tapi selama pertandingan belum berakhir, Maguire tetap bertahan. Entah itu di garis pertahanan, atau di kursi cadangan.

Dan perlahan, ia menjawab semua keraguan: bukan lewat kata-kata, melainkan lewat permainan. Ia memang tampil di panggung, tapi bukan untuk menghibur—untuk membuktikan.

Kini, yang dulu dituduh penyebab kekalahan, justru menjadi kunci kemenangan. Ketika lini depan kehilangan taring, Maguire maju ke garis depan. Bek yang dulu kehilangan arah, kini jadi titik tumpu harapan.

Tiga gol penentu kemenangan ia cetak dalam senyap. Semuanya di menit akhir. Semuanya lewat sundulan—sebuah simbol dari tekad yang tak mau tumbang.

Harry Maguire telah membuktikan satu hal: ia bukan hanya tahu cara bertahan, ia juga tahu bagaimana caranya bertahan dari dunia yang ingin menjatuhkannya.

Sampai peluit panjang ditiup, semua orang boleh berkata apapun. Tapi Maguire akan tetap berdiri. Sebab ia seorang pemain bertahan. Dan karena ia juga—keras kepala.

Kamis, 20 Februari 2025

Memahami makna lagu Taylor Swift dalam cerita pendek_Taylor Swift Picture to Burn dari Album Debut 2006

 

Picture to Burn

Aku seharusnya tahu sejak awal.

Dari cara dia selalu menatap bayangannya sendiri di kaca mobilnya, bagaimana dia lebih mencintai dirinya sendiri daripada siapa pun di dunia ini. Aku seharusnya sadar saat dia bilang aku "terlalu emosional" hanya karena aku ingin hubungan ini lebih dari sekadar pameran bagi egonya.

Tapi aku bodoh. Aku mencintainya.

Atau setidaknya, dulu aku mencintainya.

Sekarang? Sekarang aku duduk di kamarku, mengelilingi semua kenangan bodoh yang pernah kami bagi—foto-foto, tiket konser, surat-surat yang pernah kutulis tapi tak pernah kukirim. Aku melihat gambarnya, senyum palsu yang dulu membuatku jatuh hati.

Kedua tanganku meremas foto itu.

"Apa yang kulakukan selama ini?" gumamku, sebelum membuangnya ke lantai.

Ponselku bergetar. Salah satu temanku mengirim pesan: "Dia bilang ke semua orang kalau kamu obsesif dan gila."

Aku tertawa sinis. Tentu saja dia akan mengatakan itu. Seorang pembohong buruk sepertinya pasti akan melakukan apa pun untuk membuat dirinya terlihat seperti korban.

Aku beranjak dari tempat tidur, berjalan menuju meja rias tempat sebatang korek api tergeletak. Kuketukkan ke permukaan kayu, menyalakannya. Api kecil menari di ujungnya, terang dan panas, sama seperti amarah yang kini berkobar di hatiku.

Dengan satu gerakan, kulemparkan api itu ke dalam wadah sampah tempat foto-fotonya berjatuhan. Dalam hitungan detik, wajahnya yang menyebalkan mulai dilahap api.

Bersama dengan semua waktu yang telah kusia-siakan untuknya.

Aku tersenyum puas.

Sekarang dia bukan lagi bagian dari hidupku. Dia bukan lagi sesuatu yang harus kukenang.

Dia hanyalah sekadar foto yang terbakar.

Memahami makna lagu Taylor Swift dalam cerita pendek_Taylor Swift Invisible dari Album Debut 2006

 

Invisible

Aku melihatnya lagi.

Matanya berbinar ketika dia tersenyum, meski senyumnya bukan untukku. Tatapan itu, yang kutahu setiap lekukannya, selalu tertuju pada dia—gadis yang bahkan tak pernah benar-benar mengenalnya.

Dia menatapnya dengan penuh harapan, berhenti sejenak di tengah langkahnya, seperti menunggu sesuatu yang tak pernah terjadi. Aku ingin mengatakan padanya, "Dia tidak melihatmu seperti aku melihatmu. Dia tidak mengerti siapa kamu sebenarnya."

Tapi aku? Aku tidak ada dalam dunianya. Aku hanya bayangan yang nyaris tak terlihat.

Aku selalu berada di dekatnya, mendengar setiap cerita tentang gadis itu. "Dia cantik, kan?" katanya suatu kali, matanya berbinar seperti bintang jatuh. Aku hanya tersenyum, menyembunyikan luka di hatiku. Bagaimana mungkin dia tak pernah melihat bahwa seseorang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencintainya dalam diam?

Aku ingin dia tahu. Aku ingin dia melihatku, seperti dia melihatnya. Jika saja dia bisa menyadari betapa indahnya kami bisa bersama.

Tapi aku tetap di sini, berdiri dalam bayangannya. Tak terlihat. Tak terdengar. Tak pernah dianggap ada.

Namun, tetap mencintainya.

Selalu.

Lalu, pada suatu malam, saat hujan turun deras, aku melihatnya berdiri sendirian di bawah lampu jalan. Wajahnya kosong, seakan dunia telah meremukkannya. Aku mendekat, ingin mengatakan sesuatu, ingin menawarkan bahuku untuk bersandar.

Dan saat itu, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Dia menatapku. Langsung ke arahku.

Aku terkejut. Selama ini aku selalu berpikir bahwa aku hanya bayangan, bahwa dia tak pernah menyadari keberadaanku. Tapi kini, tatapannya begitu tajam, penuh dengan sesuatu yang tak bisa kupahami.

"Kenapa kau selalu ada di sini?" suaranya bergetar.

Aku terdiam.

Dia melangkah mendekat, mengangkat tangannya, mencoba menyentuhku. Tapi—

Tangan itu menembus tubuhku.

Aku tersentak mundur. Dia pun terhuyung, menatap kedua tangannya dengan horor. Dan tiba-tiba, semua kenangan menghantamku sekaligus.

Aku bukan seseorang yang tak terlihat. Aku adalah seseorang yang sudah pergi.

Dia tidak pernah melihatku selama ini… karena aku hanyalah ingatan yang tertinggal di sudut pikirannya.

Hanya bayangan yang menolak untuk menghilang.

Jumat, 03 Januari 2025

Lord of the Rings: Sebuah Analogi Kehidupan dan Eskatologi Islam dalam Balutan Hollywood

Source : Reddit

                              Nabi Isa, Nabi Khidr, dan Al-Mahdi dalam Analogi?

Bagian 1

“And some things that should not have been forgotten were lost. History became legend. Legend became myth. And for two and a half thousand years, the ring passed out of all knowledge” - Galadriel -

Middle Earth dalam Analogi Hadis Nabi
Rasulullah pernah bersabda:
"Wahai penduduk Mekah, wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kamu berada di tengah-tengah langit."

Film The Lord of the Rings menampilkan banyak kondisi yang menggambarkan perjalanan hidup manusia, terutama menjelang akhir zaman. Namun, semua pesan ini disampaikan secara halus melalui istilah, alur cerita, dan tokoh fiktif.
Jika dilihat dari sudut pandang eskatologi, film ini dapat dengan mudah dianalogikan sebagai cerminan kehidupan manusia di akhir zaman. Berikut adalah beberapa karakter dan simbol dalam film tersebut yang bisa dikaitkan dengan konsep eskatologi Islam.

Percakapan Gandalf dan Galadriel
"Sauron telah mendapatkan kembali sebagian besar kekuatannya yang terdahulu. Dia belum dapat mengambil bentuk fisik, namun tak satu pun kehilangan roh potensinya.
Tersembunyi dalam bentengnya, Mordor, Tuhan melihat segalanya.
Tatapannya menembus awan, bayangan, bumi dan daging. Kamu tau apa yang sedang saya bicarakan Gandalf. Mata besar, tanpa penutup, diliputi dalam api.
Gandalf: "The Eye of Sauron".
"Dia mengumpulkan semua kejahatan padanya. Segera dia telah mengumpulkan tentara yang besar untuk sebuah serangan atas Dunia Tengah"
Gandalf: "Kamu tau ini.... Bagaimana bisa?"

Army of the Dead
Pasukan Army of the Dead adalah tentara terkutuk yang terjebak di Dunharrow, Pegunungan Putih di Gondor. Keunikan mereka adalah, hanya setan yang bisa mengalahkan mereka. Aragorn berhasil mengendalikan pasukan ini untuk melawan musuh dengan meminta bantuan makhluk terkutuk tersebut di dalam gua.
Analogi ini bisa diartikan bahwa untuk mengalahkan Dajjal atau setidaknya terhindar dari pengaruhnya, manusia harus mampu mengendalikan hawa nafsu. Jika kita berhasil mengatasi nafsu duniawi, kita bisa terlepas dari sihir Dajjal.

One Ring
Cincin ini dianalogikan sebagai teori konspirasi terkait sistem dalam New World Order yang dikelola oleh kelompok rahasia dengan agenda global. Sistem ini bertujuan menguasai dunia dengan pemerintahan tunggal yang otoriter.
Cincin juga melambangkan sistem Dajjal yang perlahan menguasai hampir seluruh aspek kehidupan. Siapa saja yang tergoda oleh kekuatan cincin, sama halnya dengan orang yang tergoda oleh kekuasaan dunia dan menjadi budak Sauron (simbol Dajjal).

Aragorn
Aragorn memimpin pasukan yang terdiri dari berbagai ras dan bangsa yang bersatu. Ini dianalogikan sebagai Al-Mahdi, pemimpin umat manusia di akhir zaman yang berasal dari keturunan Nabi Muhammad.
Dalam al-Mustadrak 'ala -as-Shahihayn, Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dengan judul Babu "Ma Jaa fi al-Mahdi."  

 حدثنا عبيد بن أسباط بن محمد القرشي الكوفي قال حدثني أبي حدثنا سفيان الثوري عن عاصم بن بهدلة عن زر عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تذهب الدنيا حتى يملك العرب رجل من أهل بيتي يواطئ اسمه اسمي قال أبو عيسى وفي الباب عن علي وأبي سعيد وأم سلمة وأبي هريرة وهذا حديث حسن صحيح   

Artinya, “Dari Abdullah (bin Mas'ud) berkata, Rasulullah bersabda, ‘Tidak hancur dunia (kiamat) hingga menguasai Arab seorang laki-laki dari keturunanku, yang namanya sama dengan namaku’.” (HR At-Tirmidzi, 2230).  

Eye of Sauron

Mata Sauron mirip dengan simbol The Eye of Providence atau The All-Seeing Eye, yang juga dikenal sebagai Eye of Horus. Mata ini memancarkan cahaya yang menerangi kegelapan, namun justru membawa ke arah kebinasaan.
Dalam hadis, disebutkan bahwa Dajjal membawa dua pilihan: api dan air. Api Dajjal sebenarnya adalah air (surga), sedangkan airnya adalah api (neraka). Hadis juga menyebutkan Dajjal memiliki satu mata, seperti simbol yang ditemukan pada lembaran uang satu dolar Amerika. Mata uang ini diasosiasikan dengan sistem Dajjal yang dikendalikan oleh elit global.

Mordor
Mordor adalah wilayah di tengah-tengah Middle Earth yang dikendalikan oleh Sauron. Wilayah ini dianalogikan sebagai pusat kekuatan Dajjal.

Peta Middle Earth dan Jazirah Arab
Middle Earth dalam film ini dapat dianalogikan dengan jazirah Arab. Istilah "middle" atau "tengah" merujuk pada wilayah Timur Tengah. Rohan dan Gondor berada berdekatan, seperti Mekah dan Madinah di dunia nyata. Mordor terletak di selatan Gondor, mirip dengan posisi Najd di sebelah timur Hijaz (lokasi Mekah dan Madinah).
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

قالَ وَهو مُسْتَقْبِلُ المَشْرِقِ: هَا إنَّ الفِتْنَةَ هَاهُنَا، هَا إنَّ الفِتْنَةَ هَاهُنَا، هَا إنَّ الفِتْنَةَ هَاهُنَا، مِن حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

“Nabi bersabda dalam keadaan menghadap ke arah timur, ‘Sesungguhnya fitnah (kesesatan) itu datang dari sana. Sesungguhnya fitnah itu datang dari sana. Sesungguhnya fitnah itu datang dari sana. Dari sanalah akan muncul dua tanduk setan.” HR. Muslim no.2905

Najd, yang dalam hadis disebut sebagai sumber fitnah, terletak di sebelah timur Madinah. Najd secara geografis merujuk pada wilayah yang mencakup Irak dan sekitarnya.

Bagian 2

The Dark Tower of Barad-dûr
Menara Barad-dûr dalam film ini bisa dianalogikan sebagai menara Dajjal, yang menariknya menghadap ke arah barat. Arah ini melambangkan ambisi Dajjal untuk menaklukkan dua kota suci, Mekah dan Madinah. Secara simbolis, posisi Barad-dûr di Mordor—pusat kekuasaan Sauron—memungkinkan dia mengawasi pergerakan musuh yang datang dari barat, termasuk Gondor dan Rohan, yang diibaratkan sebagai Mekah dan Madinah.

Dua kota ini dipandang sebagai simbol harapan dan pusat perlawanan, mirip dengan ketakutan Dajjal akan kedatangan Nabi Isa dan Imam Mahdi yang akan memimpin umat manusia melawan kekuasaannya.

Rohan dan Gondor
Gondor dan Rohan adalah kota utama yang melawan Sauron, tetapi hanya Gondor yang bertahan tanpa bisa ditaklukkan. Kota ini digambarkan memiliki warna putih yang dominan, melambangkan kesucian. Analogi ini merujuk pada Mekah dan Madinah, di mana Mekah (Gondor) memiliki dominasi warna putih sebagai kota suci yang tidak bisa dijangkau Dajjal.

Rohan, yang terkenal dengan kuda-kuda terbaiknya, mengingatkan pada kuda Arab, salah satu ras kuda tertua yang berasal dari Jazirah Arab. Hadis menyebutkan bahwa Dajjal tidak akan bisa memasuki Mekah dan Madinah karena dijaga oleh malaikat.

Isildur
Isildur, pangeran Gondor, adalah sosok yang mewarisi takhta dan tanggung jawab besar. Dia bisa dianalogikan sebagai pemimpin keturunan Nabi Muhammad yang akan muncul di akhir zaman, seperti Al-Mahdi.

Theoden
Theoden, Raja Rohan, adalah analogi dari raja-raja yang menguasai dua kota suci, memiliki sifat kepemimpinan dan tanggung jawab dalam menjaga tanah mereka.

Sauron
Sauron adalah representasi dari Dajjal. Dalam percakapan Gandalf, dijelaskan bahwa Sauron adalah sosok raja dari masa lalu yang memperoleh umur panjang setelah meminum air Ainul Hayat (air kehidupan). Hal ini sejalan dengan narasi bahwa Dajjal berasal dari manusia yang memiliki pengetahuan luar biasa dan umur panjang.

Frodo
Frodo adalah pembawa sekaligus penghancur One Ring. Perjalanannya menuju Mordor untuk menghancurkan cincin dapat dianalogikan sebagai peran Nabi Isa, yang akan menghancurkan sistem Dajjal. Seperti Frodo yang akhirnya meninggalkan Middle-earth, Nabi Isa akan wafat setelah tugasnya selesai.

Samwise Gamgee
Sam adalah simbol manusia biasa yang memiliki kebaikan, ketulusan, dan ketahanan menghadapi kejahatan. Karakter ini mencerminkan perjuangan manusia dalam melawan hawa nafsu dan godaan Dajjal.

Nama "Sam" sendiri memiliki banyak interpretasi, seperti:

  • Uncle Sam, simbol Amerika,
  • Samiri, sosok dalam kisah Dajjal,
  • Sam, anak Nabi Nuh, leluhur bangsa Semitik.

Gandalf
Gandalf, penyihir bijaksana, adalah analogi dari Nabi Khidr yang memiliki ilmu dan umur panjang. Gandalf sering memberikan nasihat dan memimpin dengan kebijaksanaan, mirip dengan peran Nabi Khidr dalam berbagai kisah.

Saruman
Saruman, penyihir yang beralih ke sisi kegelapan dan menciptakan pasukan Uruk-hai, dianalogikan sebagai pemimpin Yakjuj dan Makjuj. Kisahnya menggambarkan tokoh yang dulunya baik tetapi akhirnya memilih jalur penghancuran dan kekacauan.

Gollum/Sméagol
Gollum adalah gambaran pertarungan antara hawa nafsu (Gollum) dan kesadaran (Sméagol). Karakter ini mencerminkan pergolakan batin manusia dalam melawan godaan dan nafsu.

Legolas (the Elf)
Legolas dan kaum Elf melambangkan malaikat yang membantu manusia dalam perjuangan melawan kejahatan. Elf digambarkan sebagai makhluk suci yang tidak terikat pada kekuasaan duniawi.

The Uruk-hai
Uruk-hai, hasil persilangan orc dan manusia, adalah simbol Yakjuj dan Makjuj. Mereka dikenal karena kekuatan, brutalitas, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cahaya matahari, yang mirip dengan ciri Yakjuj dan Makjuj dalam berbagai riwayat.

Isengard
Isengard, benteng Saruman yang dikelilingi dinding, adalah analogi dari tembok yang mengurung Yakjuj dan Makjuj, sebagaimana disebutkan dalam berbagai riwayat eskatologi Islam.

Kesimpulan
Film The Lord of the Rings dapat diinterpretasikan sebagai analogi kehidupan manusia di akhir zaman, dengan berbagai simbol dan karakter yang mencerminkan kisah dalam eskatologi Islam. Pesan moral dan perjuangan antara kebaikan dan kejahatan menjadi inti utama yang selaras dengan narasi agama tentang akhir zaman.

Ekstraksi Energi dari Vakum Kuantum: Prospek Teoretis Terinspirasi Ranah Kuantum

  Dalam narasi sinematik Ant-Man and the Wasp (2018), Ranah Kuantum dipresentasikan sebagai sebuah dimensi subatomik di mana postulat ruang...