Di ranah fiksi ilmiah, Partikel Pym adalah salah satu konsep paling memukau. Kemampuan untuk menyusutkan atau membesarkan materi sesuka hati membuka pintu ke dunia yang tak terbayangkan. Namun, sebagai pengamat sains, kita tidak bisa tidak bertanya: Seberapa jauh ide ini dari realitas? Jika kita menanggalkan jubah fiksinya, berapa persen probabilitas para ilmuwan di dunia nyata untuk benar-benar menemukan dan mengembangkan sesuatu seperti Partikel Pym? Jawabannya, jika didasarkan pada fisika yang kita pahami saat ini, adalah angka yang sangat kecil dan brutal: mendekati nol.
Untuk memahami mengapa probabilitasnya begitu rendah, kita harus menyadari bahwa Partikel Pym melanggar setidaknya dua pilar paling fundamental dari fisika modern. Pertama, fungsi penyusutannya harus melawan Gaya Elektromagnetik dan Prinsip Larangan Pauli. Prinsip-prinsip ini pada dasarnya adalah alasan mengapa Anda tidak jatuh menembus lantai saat ini. Atom-atom dalam benda padat saling menolak dengan kekuatan luar biasa untuk mempertahankan ruang mereka. Mengompresi materi dengan “mengurangi ruang antar atom” akan membutuhkan energi yang setara dengan yang ditemukan di inti bintang. Berdasarkan pemahaman fisika yang telah teruji selama lebih dari satu abad, hal ini secara praktis mustahil. Probabilitasnya mungkin bukan nol mutlak, kita selalu menyisakan ruang untuk ketidaktahuan, tetapi angkanya bisa kita tulis sebagai 0,00001%, sebuah pengakuan simbolis bahwa alam semesta mungkin lebih aneh dari yang kita kira.
Masalahnya menjadi lebih parah ketika kita membahas fungsi pembesaran ala Giant-Man. Ini akan melanggar hukum yang bahkan lebih suci: Hukum Kekekalan Massa-Energi. Prinsip yang diringkas oleh persamaan ikonik Einstein, E=mc2, menyatakan bahwa massa dan energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya diubah bentuknya. Untuk tumbuh menjadi raksasa setinggi 20 meter, seorang manusia tidak hanya membutuhkan lebih banyak ruang antar atom, tetapi juga massa tambahan yang luar biasa besar untuk menjaga densitas dan integritas strukturalnya. Tanpa itu, ia akan menjadi seringan dan serapuh balon raksasa. “Menarik massa dari dimensi lain,” seperti yang disiratkan dalam film, adalah sebuah konsep yang saat ini tidak memiliki dasar dalam fisika teoretis yang dapat diuji. Pelanggaran terhadap hukum kekekalan ini membuat probabilitasnya turun menjadi nol persen secara definitif dalam kerangka fisika yang kita kenal.
Adakah secercah harapan? Satu-satunya “celah” teoretis yang bisa dibayangkan adalah jika Partikel Pym bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda: bukan dengan memanipulasi materi, melainkan dengan memanipulasi kain ruang-waktu itu sendiri. Dalam skenario ini, partikel tersebut tidak mendorong atom, tetapi “mengerutkan” atau “meregangkan” metrik ruang di sekitarnya. Ini adalah ide yang dipinjam dari konsep spekulatif seperti Alcubierre Warp Drive, yang membutuhkan keberadaan materi eksotis, materi dengan massa negatif atau densitas energi negatif. Jika materi semacam itu ada, dan jika kita bisa menemukannya, memproduksinya, dan mengendalikannya dengan presisi subatomik, maka secara teoretis manipulasi skala bisa menjadi mungkin. Namun, ini adalah serangkaian “jika” yang sangat besar. Dengan mempertimbangkan rantai kemungkinan yang hampir mustahil ini, kita mungkin bisa menaikkan probabilitasnya menjadi di bawah 0,01%.
Pada akhirnya, Partikel Pym berfungsi sebagai pengingat yang indah tentang kekuatan imajinasi. Ia adalah sebuah alat naratif yang sempurna justru karena ia melakukan hal yang mustahil. Probabilitas penemuannya di dunia nyata sangatlah kecil, mendekati nol. Namun, pertanyaan itu sendiri mendorong kita untuk menjelajahi batas-batas pengetahuan kita dan bertanya, “Bagaimana jika?” Dan dalam pertanyaan itulah, inti dari semua penemuan ilmiah berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar